Manajemen Komunikasi Suami Isteri



Dalam sesi ilmu kerumahtanggan, sekolah Bengkel Diri sebelumnya materi diperuntukkan untuk para single tentang bagaimana menjadi jodoh impian. Kalau mau baca resumenya silahkan di klik aja ya tautan tadi. Nah materi selanjutnya adalah kajian pasca nikah. materi pertama tentang bagaimana dengan komunikasi pasca menikah? Bagaimana membangun komunikasi yang elegan dengan pasangan dalam rangka bersama-sama meraih ridho Allah SWT.

Mengapa si dia tak peka?

Bagi suami isteri, gaya komunikasi menjadi hal yang sangat rentan berujung pada konflik mulai dari ribut kecil hingga pada perceraian. Bisa berawal dari sekedar miskomunikasi, kesalahan menangkap mimik wajah atau kesalahpahaman memaknai kalimat.

Pria wanita pada dasarnya memiliki potensi kehidupan dan naluri yang sama, namun mereka memiliki cara berpikir dan berkomunikasi. Bukan karena komposisi  otak dan penggunaannya antara wanita dan pria berbeda, namun lebih kepada cara atau gaya yang digunakan yang berbeda.

Baca: Anger Management, Self Healing Theraphy

Lelaki tak paham bahasa karet gelang

Salah satu perbedaan gaya bahasa antara wanita dan pria adalah wanita dalam mengungkapkan segala perasaan cenderung menggunakan gaya bahasa "karet gelang".  Menggunakan ekpresi kalimat atau kata-kata yang tidak benar-benar seperti yang diucapkannya. Ia tidak benar-benar menginginkan seperti yang disampaikan. "Pulangkan saja kepada orang tua" Itu sering diucapkan seorang wanita saat sedang "ngambek" pada suaminya. Ia tidak bermaksud sesungguhnya seperti Ia ucapkan. Ia hanya ingin menarik ulur. Nah sebaliknya laki-laki kadang tidak memahami gaya karet gelang ini.

Bahasa karet gelang menunjukkan ketidakdewasaan seseorang. Ia tidak ingin menunjukkan keinginan yang sebenarnya dari apa yang ada dalam pikiran atau hatinya. Berhentilah menggunakan gaya bahasa karet gelang dalam kehidupan rumah tangga. Sampaikan A jika kita ingin menyampaikan A. Biasakan berkata, berujar yang sesuai dengan keinginan dan pikiran kita.Sehingga lawan bicara kita tidak perlu menebak apa yang kita maksudkan dan merasa jelas harus bersikap apa.

Wanita Bahasa Implisit, Pria Bahasa Eksplisit

Penggunaan bahasa sering menimbulkan masalah dalam komunikasi pria dan wanita. Wanita menggunakan bahasa implisit, tidak to the point. Menggunakan bahasa metapor, kiasan, atau malah sebaliknya. Menyikapi hal tersebut pasangan pria kan merespon atau menanggapinya sebagaimana yang disampaikan oleh sang wanita. Padahal sang wanita menyimpan maksud yang lain yang berbeda dengan apa yang dia sampaikan 

Sedangkan pria menggunakan bahasa eksplisit. Namun sang wanita menyikapinya dengan gaya implisit yang biasa dia lakukan. Kondisi ini sangat mungkin menimbulkan konflik.

Maka selanjutnya ada baiknya kita sebagai wanita mengurangi menggunakan bahasa implisit dan memaknai apa yang disampaikan suami sebagai hal yang implisit juga. Ini akan mengurangi kesalahpahaman yang sangat mungkin terjadi.

Wanita suka berbicara Pria bicara seperlunya

Hal lain yang harus dipahami adalah perbedaan karakter pria dan wanita. Wanita butuh berbicara dan mengekpresikan diri. Ia akan merasa tersiksa dan tidak nyaman jika tidak banyak bicara. Sebaliknya pria memang tidak suka banyak bicara. Mereka bicara seperlunya. Memang demikianlah gaya atau karakter masing-masing. Pemahaman akan hal ini juga akan membantu mengurangi "kepaberan" ketika pasangan kita irit berbicara. 

Dalam kehidupan rumah tangga baru, jika mendapati pasangan yang sangat irit bicara maka eprlu ada upaya untuk membuka pembicaraan dan menginisasi perbincangan yang menarik untuk membuat pasangan pria mau lebih banyak bicara. Kalaupun mereka tidak banyak bicara maka memang demikianlah karakter pria, seperti wanita yang sangat suka berbicara. Jadi stop baper kalau mendapati pasangan pria irit bicara.

Sikap wanita dan pria saat ada masalah

Ketika terbentur oleh suatu permasalahan dalam kehidupan, para wanita sangat ingin membahas permasalahan tersebut dengan pasangannya, sahabatnya, orang tuanya atau siapapun orang lain. bercerita atas masalah yang dihadapi sudah membuat wanita menjadi lebih tenang meskipun tidak mendapat solusi.

Sebaliknya pria memilih diam dan menyimpan persoalan yang dihadapi ketimbang membicarakannya dengan orang lain termasuk pasangan wanitanya. Padahal dalam diamnya mereka berpikir untuk mencari solusi atau jawaban dari persoalan tersebut.

Perbedaan ini seharusnya bisa kita pahami. Saat menghadapi masalah, isteri sebaiknya membiarkan saja suami memperbaiki dan mencari solusinya sendiri tanpa memaksanya untuk langsung berbicara dengan kita. Sebagai isteri kita cukup kondisikan mereka menggunakan waktunya sendiri untuk memikirkan dan menemukan solusinya. Mereka perlu diberi waktu untuk merasa sanggup atau mampu menyelesaikan masalahnya. Bersama waktu biasanya para pria ini akan terbuka dengan sendirinya.

Jika kita ingin dilibatkan dalam menyelesaikan persoalan pasangan, maka posisikan diri kita sebagai pasangan yang "berilmu" dan solutif. Kita perlu meng-upgrade diri agar suami percaya bahwa saat ia bercerita kita paham dengan persoalannya bahkan lebih dari itu mampu menawarkan solusi atas persoalan yang dihadapi.


Komunikasi Efektif

Dalam teori komunikasi ada beberapa karakter yang dapat menjadi komunikasi efektif antara suami isteri
  • Respek: Bahasa tubuh kita, tatapan, sikap, air muka harus menunjukkan rasa hormat atau respek kepada pasangan kita. Terlebih laki-laki memiliki ego untuk dihormati.
  • Empati: kemampuan pasangan untuk menempatkan diri pada apa yang tengah dirasakan pasangannya. Kita tidak akan menunjukan suka cita saat pasangan tengah ada masalah atau bersedih. empati juga tidak menghukum kesalahan yang dilakukan pasangan atas dasar ketidaktahuannya.
  • Audible: isteri/suami yang baik dalam komunikasi dapat didengarkan dengan baik dan nyaman oleh pasangannya. Volume suara, jarak, tatap muka, fokus, kondisi, bahasa tubuh harus disesuaikan agar dapat didengarkan satu sama lain. Berikan konsetrasi penuh agar dapat mendengarkan apa yang pasangan sampaikan, agar komunkasi tetap hangat dan efektif.
  • Clarity: keterbukaan dan transparansi menjadi hal yang sangat penting untuk menghindari kecurigaan
  • Humble: hindari sikap arogan, merasa lebih tahu dari yang lain, jikapun salah satunya memang lebih tahu maka gunakan cara yang humble agar pasangan yang belum tahu bisa diberi tahu atau kita sharing tanpa merasa direndahkan.

Penghambat Keberhasilan Komunikasi

  • Blaming partner: suami isteri yang kerap saling menyalahkan pasangannya. Bukan mengoreksi secara spesifik kesalahan yang dilakukan pasangan namun menyalahkan hanya untuk mengeluarkan emosi sesaat sehingga tidak menemukan solusi.
  • Antipati pada kritik: Jika ada masukan dari pasangan selalu dianggap sebagai kritik yang ingin menjatuhkan karena merasa selalu benar.
  • Qiyasy Syumuli: menganggap salah semua yang dilakukan pasangan. Ketika sering melakukan kesalahan, maka kita akan meyakini dalam diri bahwa semua yang dilakukan pasangan adalah salah meskipun ada yang benar.
  • Tidak mencari akar masalah: keributan yang terjadi kadang tidak dicari akar permasalahan hanya karena menghindari keributan yang lebih panjang sehingga hakikatnya masalah tidak selesai dan suatu saat bisa meledak saat tanpa disadari sudah menumpuk.
  • Jangkauannya pendek, tidak melihat ke depan. saat ini pasangannya mungkin melakukan kesalahan, namun di masa depan ada kemungkinan Ia bisa memperbaiki dan menjaid lebih baik. Perubahan di masa yang akan datang tidak dikalkulasi dan hanya fokus pada kesalahan saat itu.

Panduan Komunikasi Efektif Suami Isteri

  • Tanamkan bahwa suami/isteri adalah bagian dari diri kita, bukan orang lain sehingga kita bisa menerima masukan, kritik dari pasangan untuk mencapai visi misi rumah tangga.
  • Mengedepankan hukum syariah:  Ketundukan pada hukum syariah akan membuat kita bisa membuak diri apa yang disampaikan pasangan meskipun tidak ssesuai dengan keinginan kita 
  • Berupaya memperlakukan pasangan secara ma'ruf: Ada hadits Nabi yang menyatakan: "Orang yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik pada keluarganya, dan aku adalah orang yang paling baik pada keluargaku." HR Tirmizi  Hadits ini ditujukan untuk suami. Hadits sejenis untuk wanita: "Andai aku boleh memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada seseorang yang lain, niscaya aku perintahkan wanita bersujud kepada suaminya." HR Tirmizi . Hadits ini dapat dimaknai bahwa dorongan meraih derajat yang terbaik di sisi Allah akan membuat pasangan memperlakukan pasangannya dengan perlakuan yang terbaik, service excellent untuk mencapai ridho Allah.
  • Tidak kaku dalam berkomunkasi: arogansi bisa diluluhkan dengan kesabaran dan kehangatan berkomunikasi.
  • Mendudukkan pasangan sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Bahkan untuk sekelas aktifis dakwah, ustadz-ustadzah, mereka adalah manusia yang sangat mungkin melakukan kesalahan. Kesadaran bahwa suami isteri bukan manusia sempurna akan memupuk kesabaran kita dalam menajaga komunikasi dengan pasangan.

Belajar dari Bunda Khadijah

Kita bisa melihat bagaimana cara komunikasi Bunda Khadijah pada masa awal kenabian Rasulullah SAW, saat pertama menerima wahyu. Ketika Beliau SAW dalam kondisi "jatuh semangat" "keraguan", "ketakutan". Lalu Khadijah antarkan Rasul kepada Warqah, sanak kerabat beliau yang memahami Taurat dan  Injil (ahli kitab) untuk mendapatkan masukan. 

Waraqah kemudian menyampaikan apa yang diketahuinya atas apa yang menimpa rasul atas pengetahuannya dari Taurat dan Injil. tentang Jibril dan wahyu yang diterima Rasul dan efek yang akan dihadapi Rasul karena menerima wahyu tersebut.
  • Khadijah memahami dan dengan sangat ciamik melakukan komunikasi atas kepekaan terhadap pasangan. Bahkan tanpa harus disampaikan, Bunda Khadijah mampu memahami kondidi Rasul saat itu.
  • Khadijah memberikan kontak fisik yang nyaman. Tatapan wajahnya, senyumnya, menyelimuti dan mendekap dengan kehangatan. 
  • Khadijah memuji untuk meyakinkan: Bunda Khadijah menyampaikan sisi positif Rasul guna memberikan ketenangan, keyakinan, dan kesejukan.
  • Khadijah mencari solusi nyata: dengan dibawa ke ahli kitab untuk menemukan jawaban atas berbagai kegundahan Rasul atas apa yang dialaminya.
Tidak heran bagaimana posisi Bunda Khadijah dalam hati dan hidup Rasulullah. Masya Allah...
Hiks mau nangis akutuuu...:(

Couple Time

Salah satu solusi dalam komunikasi rumah tangga adalah kita harus mengagendakan waktu khusus untuk bercengkrama dengan pasangan suami/isteri.  Waktu bersama pasangan/couple time ini kita bisa digunakan untuk berkomunikasi secara intens dengan pasangan. waktu dimana pasangan bisa saling menunjukan rasa cinta, saling mengapresiasi, saling memuji, saling minta dikorekasi. Pun bisa saling nasihat menasihati.

Keluarga dan pasangan yang rutin melakukan couple time biasanya tidak perlu menumpuk emosinya. Karena dalam couple time mereka sudah menunjukan perhatian, kasih sayang, sekaligus komplain dengan cara yang baik-baik. Karena biasanya couple time dilakukan dalam kondisi baik-baik, tidak sedang berantem/bertengkart sehingga koreksi yang disampaikan dari hati karena kita sayang sama pasangan dan ingin dia menjadi lebih baik dan bersama-sama menjalani perkawinan ke arah yang lebih baik.

Couple time adalah agenda penting dalam suatu rumah tangga yang ingin menjaga keutuhan komunikasinya, kelancaran komunikasinya. Tidak harus liburan keluar negeri atau ke tempat makan mahal. Bisa di rumah, di balkon, di dapur sambil membuat makanan atau minuman kesukaannya.


Mekanismenya kita bisa mulai dengan mengapresiasi jasa-jasanya dahulu. Kita sampaikan betapa kita merasa beruntung memiliki suami kita. Kita tunjukan rasa syukur kepada Allah atas ditakdirkannya ia menjadi pasangan kita. 

Setelah itu mulai memberi pasangan kita waktu untuk memberikan koreksi kepada kita atas apa yang kita lakukan. Minta koreksi atas apa yang harus diperbaiki. Semata demi menjaga keutuhan rumah tangga dan untuk memutuskan bahwa kita tuntas amanah. Koreksi ini kita hendaknya terima dengan hati terbuka.

Setelah itu lalu kita memberikan koreksi kepada pasangan dengan bahasa yang baik. Sampaikan unek-unek hati kita. Selesaikan semua yang kita rasa ia perlu tahu. Sehingga kita tidak perlu meledak.

Jika dijalankan secara rutin, couple time akan sangat membantu kelancaran kran komunikasi.

Teknis Komunikasi

Jika ingin membicarakan hal serius atau melakukan koreksi kepada pasangan.
  • Waktu yang tepat: jangan saat pasangan lelah, baru pulang kantor, dan sejenisnya
  • Tempat yang tepat: jangan sampai memilih tempat yang salah misalnya di depan orang lain dan sejenisnya, jangan juga dilakukan di dalam kamar. kamar sebaiknya menjadi tempat yang nyaman.
  • Kalimat yang tepat: pilih kalimat persuatif dan kalimat positif. Koreksi dalam rangka menjaga amanahnya agar ridho Allah tidak hilang dalam keluarga.
  • Feed back- Solusi: Jika ada complain atau masalah yang dilakukan pasangan berikan solusinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Family Fun Time With Colour to Life Faber-Castell

Mengenal Spektrum Elektromagnetik