Wisata Sekitar Kota Solo, Ke Tenggir Park Karanganyar Yuk!



Solo memang kota yang tidak terlalu besar. Saya bukan sekali ini ke Solo. Well, waktu itu cuma bisa menikmati Solo sekilas saja mengingat kunjungan kerja saat itu terhitung padat. Bisa menikmati kuliner Solo, keliling di Pasar Klewer dan kalap dengan batik-batik, dan sempat mengunjungi Keraton meski cuma sebentar. Dalam benak saya, suatu hari bakal balik ke Solo dan mengunjungi wisata sekitar Solo ah. Alhamdulillah kesampaian, meski again masih dalam rangka urusan kerja.

Baca: Jajanan Malam Kota Solo

Berbeda dengan ke Yogya yang meski kecil namun gak ada habisnya untuk dijelajah. Menikmati Kota Solo kadang menjadi agak terbatas. Well, saya bakal ke Solo lain lain waktu untuk benar-benar mengulik kota ini dan menikmati batik dan kuliner khasnya (lagi). Dalam kunjungan kali ini saya sengaja meluangkan satu hari untuk menikmati wisata alam dan wisata sejarah di sekitar Solo, tepatnya di Karanganyar.

Sebetulnya satu hari tidak cukup untuk menikmati semua spot wisata di Kabupaten Karanganyar. Dari sekian banyak pilihan saya kemudian memilih beberapa saja yang letaknya berdekatan. Hmm kalau kalian menyebut Tawangmangu, maka kurang tepat. Tawangmangu memang salah satu tujuan wisata alam yang paling sering disebut orang ketika mencari spot wisata alam di sekitar Solo atau Surakarta. Daerah perbukitan dengan udara dingin dan sejuk ala puncak di Jawa Barat ini memang cukup terkenal. Tapi kali ini saya tidak ke Tawangmangu.

Driver yang menemani kami melajukan mobil yang kami sewa membelah Kota Solo dan tak lama memasuki wilayah Kabupaten Karanganyar, sekitar 14 km sebelah timur Kota Surakarta. Kabupaten Karanganyar memang merupakan salah satu daerah penyangga Kota Surakarta, memiliki karakteristik umum daerah agraris. Sebagain besar wilayah Karanganyar memang merupakan lahan pertanian. Saya seperti tengah berada di daerah Bandung di sekitar Ciwidey atau Lembang.

Jalanan berkelok menuju puncak Lawu dengan pemadangan khas berbukit-bukit yang dihiasi pertanian sayur-sayuran membuat saya tidak percaya tengah berada di Jawa Tengah. Udara yang sejuk meski sinar mentari sangat melimpah saat itu membuat saya tergoda membuka pintu mobil dan membiarkan udara dingin menggantikan AC mobil.

Wilayah Kabupaten Karanganyar dilalui jalan nasional yang menghubungkan kota Yogyakarta-Solo-Surabaya, meski jalur ini tidak melintasi ibukota Kabupaten Karanganyar. Salah satu titik strategis wilayah ini adalah daerah Palur yang menjadi pintu keluar masuk angkutan dan transportasi Jalur Tengah antar Provinsi dari Jawa Timur menuju ke kota Surakarta (Jawa Tengah) dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Salah satu armada bus yang melayani rute Surabaya - Yogyakarta, Solo - Yogyakarta, dan Solo Surabaya (dan sebaliknya) adalah PO Eka - Mira. Eka- Mira sendiri memiliki layanan bus dengan dua segmen. PO Eka untuk kelas eksekuitf dan PO Mira untuk kelas ekonomi. Armada Eka-Mira menggunakan bus terbaru dengan fasilitas AC, kursi berupa sofa empuk dengan jarak yang cukup lapang. Bus dengan kursi sofa 2-2  untuk kelas eksekutif atau 2-3 untuk kelas ekonomi.

Jadwal keberangkatan Eka-Mira juga bervariasi menyesuaikan dengan trayeknya, namun rata-rata bus beroperasi dari pagi hingga malam.  Adapun tarif tiket juga menyesuaikan dengan kelas dan rutenya. Semua informasi terkait jadwal dan tarif tiket Eka-Mira ini kini juga sudah dapat ditemukan dengan mudah secara online, salah satunya lewat https://www.traveloka.com/tiket-bus-travel/eka-mira. Jadi mengakses Kota Solo dan sekitarnya lewat jalur darat sebetulnya terhitung bisa cukup nyaman dengan fasilitas dan ticket bus yang affordable.

Nah back to one day trip saya ke Karanganyar. Saya memang menyebutkan Tenggir Park dalam list utama tujuan saya ke Karanganyar, tak lain dan tak bukan karena banyaknya photo instagramable dengan lokasi Tenggir Park serta hastag #TenggirPark. Letak wisata Tenggir Park bersebelahan dengan Taman Hutan Rakyat dan Candi Sukuh. Dari dalam kawasan Tenggir Park ini kita bisa berjalan kaki dan menikmati syahdunya air terjun bidadari. Jadi sekali dayung bisa 2-3 pulau terlampaui.


Melihat photo seorang wanita tengah berpose syahdu di tengah rimbunan bunga di latar belakangi Rumah adat Papua membuat saya langsung mupeng. Sesuai tujuan maka Tenggir Park menjadi tujuan pertama kami datang ke Karanganyar. Tenggir Park, Taman Hutan Rakyat (Tahura), dan Candi Sukuh berada dalam satu kawasan yang berlokasi di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar. Tenggir Park merupakan wisata baru, Candi Sukuh dan Tahura justru jauh lebih dulu menjadi tujuan wisata. Hanya saja konsep Tenggir Park yang kekinian membuat para wisatawan sangat tertarik mengunjunginya.

Dari suatu pertigaan kami berbelok ke kiri. Kalau ke kanan ke arah Tawangmangu. Kawasan ini berada di lereng Gunung Lawu. Kalian yang satu era dengan saya pasti ingat sandiwara radio yang sangat ngehits pada zamannya yang berlatar setting di Gunung Lawu. Ingat dong ya, Saur Sepuh dengan tokoh Brama Kumbara, Mantili, dan Laksmini. Hahaha ketahuan deh umurnya.

Saat melaju memasuki kawasan Karanganyar, Mas Pur, Driver dari mobil yang kami sewa yang  sekaligus menjadi guide menunjuk puncak Gunung Lawu yang diselimuti kabut. "Nanti kita akan ke sana."  Waah jauhnya... tapi kami tentu sangat excited. Sekitar satu jam setengah kemudian kami sudah ada di Kawasan Tenggir Park.




Memasuki kawasan Tenggir Park, mobil parkir di area yang cukup luas di antara rimbunan pohon. Masuk ke sini dikenai biaya Rp.10.000,-. "Ada apa saja mas di dalam?" tanya saya pada petugas parkir. "Banyak bu... ada taman bunga, bunga-bunga mekar dan spot-spot photo yang ciamik".  Kekhawatiran saya cuma satu, bunga-bunga sedang tidak mekar karena bukan musimnya, Hmm semoga tidak seperti itu.

Gerbang dari akar-akar pohon dan atap rumbia menyambut kami, "Selamat Datang Tenggir Park". Lalu ada jalan setapak menuju gerbang lain dan loket karcis. Menuju tempat membayar tiket masuk yang digawangi gapura dengan tulisan "Sugeng Rawuh, Tenggir Park".


Kemudian kami masuk dan disambut oleh jalan setapak yang bagian atasnya dihiasi topi-topi caping petani yang dicat warna warni. Gerbang berikutnya tertulis: Unggah Ungguh Andap Asor". Menurut teman saya ini artinya: "sopan santun, rendah hati". Sebuah patung tangan tengah mengacungkan jempol langsung menarik perhatian kami dan segera kami mengambil gambar. Selanjutnya hamparan taman bunga warna warni di lereng yang berbukit langsung menyita perhatian kami.



Setiap sudutnya seperti menggoda kami untuk berpose dan mengambil gambar. Karena bukan hari libur, suasana cukup sepi. Kalau saya sebetulnya lebih suka berkunjung ke tempat wisata dengan suasana tenang seperti ini. Selain lebih puas menikmati suasana, juga tidak harus merasa terganggu saat mengambil gambar karena tidak banyak orang di spot-spot yang kita ingin ambil gambar.  Bisa dipastikan jika sedang hari libur atau weekend untuk mendapatkan gambar di spot cantik kita harus mengantri dan bergantian plus tidak bisa berlama-lama karena banyak yang menunggu. Kurang asyik kan kalau begitu.

Kalau ditanya berapa banyak spot instagramable yang bisa kita ambil gambar. Saya pastikan buanyaaak sekali. Mulai dari spot yang memang sengaja dibuat untuk menjadi tempat mengambil gambar maupun hanya dengan melipir di antara bebungaan warna warni atau di bawah pohon pinus yang rindang dan membuat suasana segar serta dingin.  Bahkan saat ini masih dilakukan pembangunan beberapa spot dan fasilitas tambahan di sana.


Yang juga sangat menarik adalah rumah adat Papua atau rumah Honai yang tampak mencolok di tengah rimbunan taman bunga warna warni. Kabarnya saat musim liburan bahkan kita bisa menginap di dalam kawasan Tenggir Park, salah satunya di Rumah Honai ini. Hmm kebayang ya menikmati senja dan pagi hari di tengah hamparan bunga. Wuiiih...

Kawasan ini memang sungguh memanjakan mata. Apalagi mata orang "kota" seperti kami yang setiap hari disuguhi gedung-gedung pencakar langit dan macetnya lalu lintas Jakarta. Suasana yang sangat menyenangkan dengan udara bersih dan pemandangan yang indah, worth it banget sudah menanjak hingga sejauh dan setinggi ini dari Kota Solo.

Sejauh mata memandang ke arah bawah lereng tampak Kota Karanganyar dari kejauhan. Udara yang dingin dan sejuk, sesuatu yang sulit saya temukan di Jakarta.  Bahkan di jam menjelang Zhuhur seperti saat itu, udara tetap terasa sejuk dan dingin. Matahari yang melimpah yang menelisik di tengah dedaunan pohon pinus tak membuat sinarnya mengganggu aktivitas kami berphoto.

Dari sekian banyak spot berphoto, ada beberapa spot favorit. Hampir semua spot berphoto yang sengaja dibuat merupakan spot gratis. Namun ada beberapa yang berbayar karena membutuhkan bantuan pengelola. Misalnya spot sepeda melayang, spot balon udara, spot karpet/permadani terbang. Harga yang dikenakan juga relatif terjangkau mulai dari Rp.10.000,- sampai dengan Rp.25.000,- Selain mendapatkan photo yang ciamik dan instagramable, kita juga bisa uji nyali di beberapa spot yang melayang di ketinggian.


Selain spot foto rumah Honai yang sangat terkenal di kalangan wisatawan atau traveler beberapa spot foto lainnya yang juga kabarnya digemari pengunjung yaitu spot sepeda layang, spot ranjang layang, Air terjun Bidadari, taman bunga, spot gardu pandang atau rumah pohon, kolam renang, dan permadani atau karpet terbang.

Sayangnya karena bukan hari libur spot-spot berbayar itu tidak dibuka. Tidak ada pengelola di sana. Tapi mengambil gambar di dekatnya saja sudah cukup menarik. Pun ada puluhan spot berphoto yang semuanya lucuk-lucuk dan cantik untuk dipajang di wall media sosial. Ada kolam renang kecil dengan hiasan patung merlion juga. Hmm air bening dan tampak dingin dan sejuk seperti memanggil-manggil untuk kita nyebur.


Di tempat ini juga tersedia toilet dan tempat bilas dan mandi. Cukup bersih saat saya mencoba toiletnya. Dikenai biaya partisipasi Rp.2000,- saja untuk buang air kecil. Ada juga warung atau resto kecil di sana. Sepasang kijang atau rusa yang telah diawetkan menyambut kami. Kursi duduk jadul dari rotan. Makanan dan minuman ringan serta mie rebus/goreng juga bisa dipesan di sini. Sayangnya memang hanya makanan ringan, tidak tersedeia menu khas kota Solo serba kambing seperti Sate Buntel atau Tengkleng. Hahaha, mulai halu nih, jam makan siang gini. Oh iya Musholla juga ada di dekat sini. Jadi amanlah kalau kita mau berlama-lama di sini.

Dalam kawasan Tenggir Park ini juga kita air terjun yang meskipun tidak terlalu tinggi namun bisa dinikmati kesejukan dan alaminya. Lokasinya hanya sekitar 100- 150 meter dari lokasi spot photo taman bunga. Jika punya waktu banyak alangkah baiknya sekaligus menikmati keasrian Air Terjun Bidadari ini.

Sayangnya one day trip saya di Karanganyar masih menyisakan beberapa tujuan wsiata lain yang harus saya kunjungi. Saya harus mengakhiri explore Tenggir Park. Selepas keluar dari sana, kami sejenak mengambil gambar Candi Sukuh.



Saat itulah tiba-tiba tukang bakso kuah lewat. Hmm rasanya enak nih hangat-hangat makan bakso kuah. Langsung kami turun dari mobil dan memanggil Mas mas tukang bakso. Sesuai mengisi perut dengan hangatnya kuah bakso lokal kami melanjutkan perjalanan untuk mengeksplore Karanganyar. Tunggu yaa cerita seruku di Karanganyar selanjutnya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manajemen Komunikasi Suami Isteri

Family Fun Time With Colour to Life Faber-Castell

Mengenal Spektrum Elektromagnetik