Formula Asam Amino Untuk Tumbuh Kembang Si Kecil Dengan Alergi Susu Sapi
"Mbak, anakku kenapa ya kalau habis minum susu perutnya bunyi grubuk-grubuk. Trus pupnya jadi cair gitu.
"Udah dicek ke dokter?"
"Hmm belum sih."
"Sekarang, selain ASI aku tambahkan juga susu lain mba."
"Maklum ASIku sudah mulai berkurang nih, dia juga udah makin besar kan, memang sudah bisa asup makanan pendamping ASInya."
"Nah tapi habis minum susu kok dia jadi kayak gak nyaman perutnya."
"Padahal dia kelihatan mau dan lahap aja minumnya."
"Jangan-jangan anakku alergi susu ya Mba?"
"Nah, kalau mau memastikan memang harus dicek, gak bisa hanya ditebak-tebak. Harus konsultasi ke ahlinya."
"Kalau belum sempat ke dokter coba deh cek di website yang menyediakan tes deteksi allergi, supaya ada gambaran awal."
"Owh, ada ya mbak?"
Welcome to mom's world dear!
Menjadi Ibu itu membuat kita harus banyak-banyak belajar. Selain ilmu parenting, berbagai hal seputar kesehatan si kecil juga harus jadi concern kita. Kalau menemukan hal-hal baru yang kita anggap tidak biasa, kadang kita suka panik. Saya juga dulu begitu, eh masih sih sampai sekarang. Apalagi di masa tumbuh kembang mereka. Ada saja kejutan-kejutan yang harus kita hadapi. It's magic all the time, alhamdulillah ya Moms.
Alhamdulillah sekarang zaman digital, informasi bisa kita dapatkan hanya di ujung jari. Tinggal pintar-pintar kita mengolahnya. Memastikan info tersebut valid dan tentu saja tidak puas dengan satu referensi. Bertanya pada yang lebih senior dan berpengalaman sebagai sesama Ibu juga penting. Nah meskipun untuk memastikan secara valid memang tetap pada akhirnya harus kita konsultasikan pada ahlinya.
Belajar dari pengalaman juga penting banget. Pengalaman pribadi maupun orang lain. Experience is the Best Teacher, isn't it? Mempertimbangkan berbagai informasi dan melakukan proses validasi atas informasi tersebut juga harus dilakukan agar keputusan yang kita ambil bisa dipertanggungjawabkan dan kelak tidak jadi sesalan. Saya pribadi mengalami bagaimana struggling menjadi Ibu baru pada saat memiliki anak pertama. Pengetahuan yang minim sangat mungkin menjadi salah satu penyebab kita salah mengambil tindakan menyikapi tumbuh kembang dan kesehatan anak.
Menjadi Ibu itu membuat kita harus banyak-banyak belajar. Selain ilmu parenting, berbagai hal seputar kesehatan si kecil juga harus jadi concern kita. Kalau menemukan hal-hal baru yang kita anggap tidak biasa, kadang kita suka panik. Saya juga dulu begitu, eh masih sih sampai sekarang. Apalagi di masa tumbuh kembang mereka. Ada saja kejutan-kejutan yang harus kita hadapi. It's magic all the time, alhamdulillah ya Moms.
Alhamdulillah sekarang zaman digital, informasi bisa kita dapatkan hanya di ujung jari. Tinggal pintar-pintar kita mengolahnya. Memastikan info tersebut valid dan tentu saja tidak puas dengan satu referensi. Bertanya pada yang lebih senior dan berpengalaman sebagai sesama Ibu juga penting. Nah meskipun untuk memastikan secara valid memang tetap pada akhirnya harus kita konsultasikan pada ahlinya.
Belajar dari pengalaman juga penting banget. Pengalaman pribadi maupun orang lain. Experience is the Best Teacher, isn't it? Mempertimbangkan berbagai informasi dan melakukan proses validasi atas informasi tersebut juga harus dilakukan agar keputusan yang kita ambil bisa dipertanggungjawabkan dan kelak tidak jadi sesalan. Saya pribadi mengalami bagaimana struggling menjadi Ibu baru pada saat memiliki anak pertama. Pengetahuan yang minim sangat mungkin menjadi salah satu penyebab kita salah mengambil tindakan menyikapi tumbuh kembang dan kesehatan anak.
Mencari Tahu dari Ahli Alergi
Saat mengasuh si sulung Baby Al, saya juga sering gonta ganti susu. Permasalahan khas Baby Al waktu itu adalah konstipasi setelah mengasup susu formula. Konstipasi ini bahkan sampai tahap yang mengkhawatirkan. Dalam ketidakpahaman saya hanya berpikir, "Apa susu yang saya buatkan terlalu kental", atau "Hmm mungkin susunya tidak cocok". Setelah mencoba membuat susu untuk baby Al lebih cair dan masalah yang sama masih terjadi. Lalu saya coba ganti susu lain tanpa memperhatikan apa penyebabnya dan bagaimana mengatasinya dengan benar.
Dari sana saya meyakini bahwa as a mom, belajar tuh gak ada berhentinya. Buka wawasan, gali informasi, dan selalu ambil tindakan berdasarkan pertimbangan yang jelas. Jangan terburu-buru atau bahkan hanya didasarkan pada dugaan atau mitos. Pengetahuan yang tidak semua Ibu tahu dan concern misalnya soal alergi pada anak tadi. Kadang saat kondisi sudah terlanjur parah, Ibu atau orang tua baru mengambil tindakan. Kasihan kan anak kita?
Alergi makanan memiliki efek pada kesehatan dan tumbuh kembang anak. Jadi kita wajib kenali lebih jauh agar bisa mendukung tumbuh kembang mereka secara optimal.
Alergi makanan memiliki efek pada kesehatan dan tumbuh kembang anak. Jadi kita wajib kenali lebih jauh agar bisa mendukung tumbuh kembang mereka secara optimal.
Berdasarkan Allergy Expert, ternyata alergi makanan dan intoleran terhadap makanan tertentu itu berbeda. Alergi makanan merupakan reaksi alergi terhadap makanan tertentu, umumnya dari protein yang ada di dalam makanan. Sedangkan intoleransi makanan adalah reaksi negatif dari sistem pencernaan terhadap makanan dan tidak ada kaitannya dengan antibodi.
Demikian juga dalam konteks alergi susu sapi dan intoleran laktosa misalnya. Alergi susu sapi terjadi ketika sistem imunitas bayi bereaksi terhadap protein yang terdapat dalam susu, sementara intoleransi laktosa terjadi ketika bayi sulit mencerna laktosa atau gula alami pada susu.
Kuncinya ada di antibodi. Dalam kasus alergi susu, saat protein dalam susu masuk ke dalam tubuh, sistem kekebalan mengeluarkan semacam antibodi (IgE=Imunoglobulim E) yang berfungsi menetralkan zat yang dianggap berbahaya. Saat alergen dicerna, antibodi yang terbentuk melepaskan zat kimia termasuk histamin. Histamin memang berguna untuk sistem kekebalan tubuh dalam kondisi normal, namun kombinasi antibodi IgE dan histamin selanjutnya dapat memicu reaksi alergi yang peka terhadap protein dalam susu tersebut.
Selain itu dari faktor jumlah yang diasup atau dicerna, pada alergi makanan meskipun hanya sedikit dapat berakibat fatal. Namun intolerasi makanan dapat segera dirasakan saat pertama kali makanan dicerna dan jika jumlahnya hanya sedikit masih bisa diatasi dengan lebih mudah.
Alergi makanan dan terutama alergi susu sapi tidak hanya menghambat tumbuh kembang anak namun juga berpengaruh terhadap kehidupan kesehatannya di masa depan. Faktanya alergi ini juga tidak hanya berpengaruh pada si anak namun juga pada keluarga dan lingkungan.
Kondisi alergi bisa memicu stress pada anak dan Ibu sehingga berdampak pada kualitas hidup keduanya. Gangguan perilaku sosial, ketakutan akan kesehatan di masa datang, meningkatnya resiko penyakit degeneratif, biaya pengobatan yang tinggi, bahkan penurunan produktivitas orangtua merupakan hal-hal yang perlu diantisipasi sebagai dampak tidak langsung dari kondisi alergi makanan.
Kondisi alergi bisa memicu stress pada anak dan Ibu sehingga berdampak pada kualitas hidup keduanya. Gangguan perilaku sosial, ketakutan akan kesehatan di masa datang, meningkatnya resiko penyakit degeneratif, biaya pengobatan yang tinggi, bahkan penurunan produktivitas orangtua merupakan hal-hal yang perlu diantisipasi sebagai dampak tidak langsung dari kondisi alergi makanan.
Alergi makanan juga menjadi isu dunia karena diperkirakan 10-40% masyarakat dunia mengalami hal ini. Adapun di tanah air, 10,5% anak di bawah usia 3 tahun mengalami alergi makanan. Nah secara umum penyebab atau faktor risiko alergi disebabkan oleh faktor keturunan, perubahan microbiota usus, dan faktor lingkungan. Gejala yang munculpun beragam mulai dari gejala yang tampak dari kulit, pencernaan, atau dari pernafasan anak.
Yuk dicek infografis tentang Alergi berikut ini ya :)
Yuk dicek infografis tentang Alergi berikut ini ya :)
Sumber: nutriclub.co.id “Prinsip utama mencegah alergi makanan adalah menghindari makanan pencetus alergi. Meskipun tidak bisa membaik sepenuhnya, tetapi alergi makanan akan membaik pada usia tertentu. Imaturitas saluran cerna membaik sehingga gejala alergi berkurang”dr. Marlyn Malonda, Sp.A
Alergi Susu Sapi dan Formula Asam Amino
Alergi susu sapi sendiri merupakan salah satu jenis alergi makanan yang bisa terjadi pada anak. Alergi susu sapi masih menjadi jenis alergi terbanyak yang diderita anak-anak. Alergi susu sapi umumnya dapat ditandai dengan reaksi pada kulit dan pencernaan seperti eksim akut atau kronis; sering meludah; muntah; diare, sembelit, atau sebaliknya; kolik; darah dalam tinja. Selain itu ada gejala yang tidak langsung terlihat seperti susah tidur atau kualitas tidur yang rendah, gelisah, terhambatnya tumbuh kembang, hingga gejala kurang darah atau anemia.
Merujuk pada pernyataan dr. Marlyn Malonda, SP.A prinsip utama penanganan alergi susu sapi adalah dengan menghindari makanan yang mengandung susu sapi dan tentu saja segala jenis produk turunannya, seperti keju, yoghurt, mentega, dan krim. Nah PR kita kemudian adalah memastikan bahwa anak-anak tetap mendapatkan nutrisi yang lengkap dan seimbang dari asupan pengganti susu sapi tersebut.
Pada anak yang mengonsumsi susu formula dapat diperkenalkan susu dengan formula hipoalergenik yang salah satunya adalah Formula Asam Amino terutama untuk mereka yang mengalami gejala berat alergi susu sapi. Formula Asam Amino merupakan formula yang mengandung asam amino bebas yakni bentuk paling sederhana dari protein. Asam Amino sendiri merupakan senyawa organik yang bergabung menjadi protein. Dengan kata lain, protein dalam makanan, dalam hal ini susu sapi, mengalami proses penguraian sedemikian rupa dan hasil penguraian tersebut adalah asam amino.
Sumber: nutriclub.co.id |
Mengingat formula asam amino merupakan bentuk paling sederhana dari protein, maka formula asam amino mudah dicerna dan bersifat 100% non-alergen alias tidak memicu alergi sehingga aman untuk bayi dan anak yang alergi protein susu sapi. Selain itu asam amino merupakan salah satu zat gizi yang sangat penting bagi tumbuh kembang anak, terutama untuk pertumbuhan otak. Jenis asam amino yang berguna untuk perkembangan otak antara lain tryptophan dan tyrosine. Namun demikian kekurangan jenis asam amino apa pun dapat mengakibatkan tidak optimalnya tumbuh kembang anak.
Formula asam amino mensupport tumbuh kembang anak dan aman untuk penggunaan jangka panjang. Selain itu juga mampu mengurangi durasi sakit si kecil sehingga tidak perlu ke dokter terus menerus karena reaksi alergi anak yang datang dan pergi. Formula asam amino dianggap mampu memenuhi kebutuhan nutrisi anak yang tidak dapat mengonsumsi susu sapi karena alergi.
Sesuai rekomendasi para Ahli Alergi untuk menggantikan formula susu dengan formula asam amino bagi anak dengan alergi susu sapi, saat ini ada Neocate dari Nutricia dengan produk yang mengandung formula asam amino yang suitable bagi anak dengan alergi susu sapi untuk tumbuh kembang optimal mereka.
Neocate Spoon
Neocate Spoon merupakan makanan Pendamping-ASI yang bebas protein susu sapi. Neocate Spoon diformulasikan khusus untuk kebutuhan anak alergi susu sapi yang dilengkapi dengan Kalsium, Vitamin D dan Zat besi sebagai mikronutrien penting di awal masa tumbuh kembang anak. Neocate Spoon hadir dengan tekstur yang lembut dan sesuai untuk pengenalan makanan pertama untuk anak usia 6-24 bulan.
Neocate Advance
Neocate Advance, sama halnya dengan Neocate Spoon, Produk ini bebas dari protein susu sapi dan merupakan satu satunya Nutrisi Hipoalergenik dengan bahan dasar 100% asam amino di Indonesia. Neocate Advance merupakan pelengkap rangkaian allergy care dengan nutrisi asam amino non alergenik yang bebas protein susu sapi serta dilengkapi dengan energi dan kandungan MCT yang tinggi untuk mengejar tumbuh kembang anak usia 1-12 tahun. Untuk usia 0-1 tahun ada juga produk Neocate LCP.
Neocate aman diberikan untuk anak yang masih mengalami alergi susu sapi dan diindikasikan juga untuk mereka dengan alergi berbagai protein makanan (multiple food allergy) serta kondisi klinis lain yang memerlukan nutrisi asam amino sebagai asupannya. Neocate meredakan gejala alergi susu sapi secara cepat dan efektif dalam waktu 3-14 hari.
Untuk mengenali lebih jauh alergi susu sapi, jangan lupa untuk kunjungi Dokter/Ahli Alergi ya Moms. Sharing juga yuk pengalaman mommies terkait alergi makanan si kecil dan bagaimana Moms menghadapinya.
Komentar
Posting Komentar