Destinasi Wisata Kota Baku: Ibu Kota Azerbaijan nan Cantik
Azerbaijan: Negara Api yang Elok
Membincang jalur sutra dunia artinya kita kembali ke masa 300 SM. Para pedagang, tentara, para nomadic caravan yang melakukan perjalanan panjang dari China menuju jantung Eropa membawa serta budaya, peradaban, dan seni kemanapun mereka menjelajah. Pada sisi Asia menjelang Eropa, selain Turkey, jalur sutra tersebut melewati Azerbaijan, Negara Api. Silk road atau jalur sutra dengan kisah panjang yang demikian melegenda di dalamnya.
There are two roads in the universe, one in the milky way in the sky and the other si the silk road on the earth.
Azerbaijan merupakan jalur sutra dunia dengan kekhasan tersendiri. Negara dengan kota-kota yang sangat eksotis dari sisi sejarah, budaya, dan alam. Ada Ganja kota tempat puisi-puisi indah dilahirkan. Kota tempat lahirnya Nizami Ganjavi yang menulis kisah Layla and Majnun yang melegenda. Azerbaijan juga punya Shaki atau Sheki, "The Pearl of Caucasus". Kota tempat jejak perjalanan Caravan Serai.
Dan tentu saja ada Baku, Ibu Kota yang juga menyisakan banyak peninggalan lama yang historikal dengan paduan arsitek eropa dan gedung pencakar langit dan unik karya aristek ternama antara lain Zaha Hadid. Meski bukan nama yang terlalu banyak dikenal sebagai tujuan wisata ternama dunia namun Azerbaijan tengah mencoba mencuri perhatian dunia. Belakangan banyak event-event tingkat dunia yang diselenggarakan di sana.
Azerbaijan saat itu memang sedang bergeliat membangun dan membuka diri terutama untuk pariwisata. Negara yang terletak persis berhadapan dengan Danau Laut Kaspia ini bangkit setelah mengalami konflik politik berdarah yang panjang. 100 Tahun lalu merdeka, dan merasakan merdeka 2 tahun saja lalu diinvasi dan menjadi bagian Uni Soviet selama 71 tahun. Merdeka kembali pada tahun 1991 saat Uni Soviet jatuh dan hingga kini masih ada ketagangan dan konflik "dingin" dengan negara tetangga yang disebut sebagai agresor, Armenia.
Baca Juga: Ritual Makan ala Azerbaijan
Azerbaijan jika diartikan berarti land of fire, Negara Api. Karena selain emas, Azerbaijan kaya akan minyak dan gas. Banyaknya minyak dan gas ini pula yang memunculkan api dari dalam bumi. Bahkan dalam sejarahnya Api merupakan sesembahan masyarakat kunoAzerbaijan. Agama Majusi demikian Al Quran menyebutnya. Zoroaster demikian nama sebutannya yang biasa kita kenal. Nanti saya cuplik sedikit sejarahnya dari hasil kunjungan ke Fire Temple.
Jelajah Kota Baku
Kota Baku atau sering disebut juga Baki. Ibu kota Azerbaijan dan Kota terbesar di negara ini. Usai urusan imigrasi dan handling sesaat setelah menjejak di Heydar Aliyez Airport yang megah, kami siap-siap disambut udara Baku yang dingin di akhir Oktober 2 tahun lalu. Senangnya karena di Airport langsung bersua teman lama yang bertugas di KBRI Baku ada juga beberapa staf lokal KBRI yang juga tak kalah ramah. Mereka pandai berbahasa Indonesia, seperti Mas Emil dan Mas Rasyid. Hmm sambutan yang hangat semoga bisa mengurangi udara dingin di luar sana.
Meski terletak di Asia, nuansa Eropa yang menyambut kami saat kendaraan dari airport menyusuri jalan menuju Qafqaz Sport Hotel. Melewati nuansa kota dengan arsitektur bangunan ala eropa lalu melewati Baku Boulevard, sisi dari laut atau danau Kaspia yang sebagiannya dalam proses pembangunan menjadi semacam taman kota yang tertata rapi.
Setelah check ini, kami lanjut mencari makan malam.
Ah tidak salah, kesan pertama saya sudah jatuh cinta pada Baku, bahkan sejak jejak pertamanya. Kota yang cantik dan unik dengan paduan modern dan tradisional yang kental. Setahun kemudian ketika saya menjejak kaki di Istanbul Turkey, saya merasakan nuansa dan atmosphere yang kurang lebih sama. Tidak heran jika saya berulang-ulang mendengar, orang Azerbaijan dengan bangga menyebutkan Turkey sebagai saudara tua. Mereka punya kemiripan yang sangat lekat. Bedanya Azerbaijan pernah dijajah Rusia dan berperang dengan Armenia.
Berdasarkan riset sederhana yang saya lakukan, Azerbaijan berpenduduk muslim dengan mayoritas Syiah dan sebagian kecil Sunni. Ada beberapa masjid peninggalan sejarah lama dan biasanya merupakan masjid kaum Syiah. Sayangnya masjid sangat sepi. Pada hari Jum'at kami ada pertemuan di salah satu instansi pemerintah. Ada kekhawatiran akan mengganggu waktu sholat Jum'at karena bertepatan dengan waktu sholat. Rasyad, staf lokal KBRI Baku yang lancar berbahasa Indonesai dan pernah kuliah di Yogyakarta memastikan tidak perlu khawatir.
Baca juga: Doha City Tour, Pilihan Wisata Gratis saat Transit di Doha
"Tidak apa-apa bu, di sini Islam KTP. Mereka tidak sholat Jum'at".
Kami semua tak bisa menahan tawa. "Waah Rasyad tahu istilah islam KTP juga yaa." Efek lama di Yogya nih rupanya.
Baku kiranya bisa jadi tujuan wisata yang sangat menyenangkan. Mulai dari wisata sejarah, budaya, hingga kuliner. Hmm saya bingung nih mau ngajak sahabat Mom of Trio ke mana dulu nih di Kota Baku. Yang pasti, it is such a lovely city, indeed. Yang pasti beberapa icon wisata ini harus masuk dalam daftar kunjung saat ke Baku.
Baku Boulevard
Baku Boulevard atau Dənizkənarı Milli Park. Ini adalah taman luas yang berhadapan langsung dengan Laut Kaspia membentang sepanjang 26 km paralel dengan laut/danau kaspia. Taman ini merupakan public area favorit masyarakat. Sarana dan fasilitas umum cukup lengkap. Menikmati udara pagi sambil berolahraga atau sore hari menjelang mentari tidur sama indahnya. Hanya saja selama di Baku, saya siap-siap dengan jaket tebal karena angin pantai membuat udara makin terasa dingin.
Jika disusuri sepanjang boulevard ini menyajikan banyak fasilitas umum yang juga iconic. Pada salah satu bagian ada gedung semacam Opera House Sydney, kemudian ada Baku Eye, dan bendera terbesar yang dikibarkan gagah di tepi pantai.
Tak jauh dari bolevard ini ada taman kita yang di dalamnya terdapat kanal yang sering disebut sebagai Little Venice. Kanal yang juga menyediakan perahu kecil untuk dinaiki dan mengajak pengunjung berkeliling sepanjang kanal.
Dagustu Park
Salah satu spot yang juga letaknya tidak jauh dari Boulevard ini adalah di Dagustu Park, dekat taman makam pahlawan Sahidler Xiyabani. Dari taman ini, bisa dilihat keindahan kota Baku dari ketinggian untuk melihat pemandangan lepas ke Laut Kaspia di satu sisi dan pemandangan Kota Baku termasuk Flame Tower di sisi lain.
Saya juga sempat naik ke atas dan menikmati pemandangan tersebut di malam hari. Dari tempat tersebut kita bisa menikmati pemandangan malam sepanjang pantau laut kaspia dan boulevardnya yang indah dengan hiasan lampu warna wani termasuk melihat Baku Eye dari kejauhan dan dari sisi yang berbeda kita bisa melihat 3 gedung pencakar icon Baku, Flame Tower.
Martyrs Alley/Lane
Menurut Asya, pemandu kami, tempat tersebut sering juga di sebut Martyrs Alley atau Martyrs Lane. Deretan makan yang menghias bagian samping taman menuju moumen api abadi. Tempat ini kemudian menjadi sombol kebanggaan dan kemerdekaan Azerbaijan. Tempat para ribuan warga Azerbaijan disemayamkan sebagai korban invasi Soviet pada tahun 1990.Old City
Kawasan yang mewakili Azerbaijan masa lalu disebut sebagai kawasan Old City. Wajib berkunjung ke kawasan ini. Pun lokasinya yang terletak di pusat kota sangat mudah dicapai bahkan dengan kendaraan umum sekalipun.Kawasan Old City terbagi menjadi dua. Inner City dan Outer City. Pada bagian Inner City yang dengan mudah ditandai oleh sebuah tembok batu bergaya abad pertengahan. Bagian dalam kota tua ini merupakan kawasan yang diwariskan sejak abad 12. Dalam kawasan ini ada dua Icon yang wajib kita kunjungi yakni Maiden Tower dan Shirvanshah Palace. Sedang kan di kawasan outer city, kita bisa menikmati deratan pertokoan, restoran, serta taman yang cozy. Kawasan ini disebut sebagai Nizami Street.
Maiden Tower
Maiden Tower atau Gis Galasi dalam bahasa Azeri. Menara yang dbangin dari campuran barukan karang dan batu kapur dengan ketebalan sekitar 5 meter. Tinggi menara sekitar 29,5 meter dan diameter 16,5 meter yang terdiri dalam delapan tingkat yang dihubungkan dengan bebatuan yang melingkar layaknya anak tangga. Banyak mitos yang menyelubungi menara ini. Tak satupun yang bisa diyakini kebenarannta. Namun kisah yang menyertainya merupakan bagian dari sejarah masa lalu sebelum datangnya Islam di negara ini.
Sebetulnya kita bisa masuk ke dalam menara dengan biaya sekitar 8 manat saja hanya saja selama beberapa kali ke sana saya tidak sempat masuk dan naik ke menara tersebut.
Shirvansah Palace
Kawasan istana ini terletak tak jauh dari Maiden Tower. Kompleks ini terdiri dari bangunan istana, balai pertemuan, masjid, tempat pemandian yang diyakini sebagai peninggalan dan sisa dari pusat kerajaan Islam Shirvani.
Di kawasan Old City ini kita bisa menemukan banyak toko-toko souvenir dan bahkan pedagang kaki limanya. Beragam cindera mata khas Azeri yang sangat mirip dengan cindera mata khas Turket bisa kita temui di kawasan ini. Puas-puasin belanja cinderamata tradisional di sini yaa. Kalau kita mau membeli oleh-oleh yang lebih kekinian kita bisa menuju outer city ke kawasan Nizami Street.
Nizami Street
Atmosphere Eropa juga sangat terasa di sepanjang jalan kota yang dipagari bangunan yang merupakan pusat pertokoan dan restoran serta kawasan taman kota yang cozy untuk menghabiskan waktu seusai beraktivitas.Yang tidak kami lewatkan adalah mengambil gambar di depan Hard Rock Cafe Baku dan membeli beberapa souvenir di sana.
Selain pertokoan dan resto, di kawasan ini juga ada Museum Modern Art, Nizami Ganjavi. Kami sempat masuk dan melihat koleksi sejarah di sana. Sayangnya kita tidak boleh mengambil gambar dan bahkan membawa gadget dan kamera ke dalam museum.
Flame Tower
Tiga gedung pencakar langit berbentuk lidah api yang menjulang setinggi sekitar 190 meter ini merupakan icon Azerbaijan sebagai Negara Api. Flame Tower meupakan geudng tertinggi di kota baku. Tiga gedung tersebut berfungsi sebagai hotel, apartmen, dan gedung perkantoran. Simbol modernitas Baku.Heydar Aliyev Center
Simbol modernitas lainnya yang merupakan kebanggaan Azerbaijan adalah sebuah gedung dengan aristektur yang unik dan khas karya Arsitek wanita keturunan Irak, Zaha Hadid. One of my favorit women architect, yang kemudian namanya saya ambil buat nama anak kedua saya, Zaha Tantra :).
Jujur gak nyangka banget kalau one day, saya bisa lihat langsung karya perempuan aristek asal Irak ini. Jauh di negeri Azerbaijan pula. Negara yang tak terbayangkan akan pernah saya kunjungi.
Kompleks Heydar Aliyev Center yang diambil dari nama presiden pertama Azerbaijan ini memiliki luas sekitar 101,8 ribu meter persegi. Uniknya bangunan ini tidak memiliki susut tajam. Bangunan ini dibangun mengalir membentuk gelombang dan lekukan mengikuti topografi Azerbaijan.
Bangunan ini selain merupakan museum juga memiliki auditorium dengan akpasitas ribuan orang dan memiliki beberapa ruang pameran. Aristekturnya yang inovatif dan canggih membuat kita serasa berada di masa depan.
Nah selain beberapa destinasi wisata di dalam kota Baku, ada beberapa yang juga bisa kita kunjungi meski letaknya di pinggir kota atau di kota yang tak jauh dari kota Baku.
Bibi Heybat Mosque
Masjid yang terletak di pinggir kota Baku sekaligus berada di tepian laut Kaspia ini namanya sangat unik.Saya juga tidak menyangka kalau memang penamaannya dari bahasa Azeri ini artinya juga mirip dengan bahasa Indonesia. Bibi artinya tante, Heybat artinya hebat.
Kisah yang menyertai masjid megah ini juga cukup panjang. Masjid dibangun pada abad ke 13 untuk menghormati seorang msulimah yang diyakini masih merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW. Masjid ini sempat dihancurkan pada masa Soviet kemudian dibangun kembali dalam bentuk serupa saat Azerbajan merdeka.
Saat masuk ke dalam masjid di bagian tengahnya ada bangunan yang dihiasi dengan demikian indah yang diyakini sebagai makam Putri dari Ali Ibnu Musa yang bernama Okuma Khanim. Ali Ibnu Musa merupakan imam ke delapan dari golongan Syiah.
Di dalam masjid saya melihat beberapa peziarah yang tengah berdoa di depan makan yang dihias dengan lampu-lampu warna warni. Beberapa tengah membaca Al Quran.
Ateshgah Fire Temple
Ateshgah berarti kuil api atau rumah api. Kuil ini dibangun sekitar abad ke-17 dan menjaga api abadi yang keluar secara alami dari gas alam yang terkandung di dalam tanah. Kuil kuno ini merupakan tempat ibadah para penyembah api atau Zoroastrianisme atau Bangsa Majusi. Kuli ini pada tahun 1998 masuk dalam daftar warisan dunia UNESCO.
Kuil yang berbentuk heksagonal ini di dalamnya selain terdapat kobaran api abadi juga difungsikan sebagai museum. Kita bisa menyaksikan sejarah dari perjalanan religius bangsa Azeri mulai dari penyembah api, hindu, islam, hingga diinvasi oleh komunis Soviet.
Selamat jalan-jalan di Baku..
Komentar
Posting Komentar