Menu Belut Goreng di Pondok Goreng Baluik
Udah lama gak ngobrolin kuliner enak. Kita wisata kuliner dulu yook sejenak. Gimana kalau ngobrolin kuliner Minang. Pas banget beberapa waktu lalu saya ke Kota Padang (lagi) dan menemukan wisata kuliner baru yang recommended nih. Entah mengapa meski tipikal masakan Minang sama secara umum namun selalu ada beda dan masing-masing memiliki kekhasannya. Setiap restoran Padang saja punya kekhasan menu, cara mengolah, tampilan, dan terutama rasa yang khas. Naah meski sudah biasa dengan menu "masakan Padang atau masakan Minang", kalau ke Padang tuh gak bosan sih hunting makanan enak di sana.
Terakhir beberapa bulan lalu saya mencoba menu khas di salah satu rumah makan. Menu khas dan andalan dari rumah makan tersebut adalah olahan belut. Hmm kebayang kan enak-nyooo, tapiii... ternyata gak cuma menu atau olahan belutnya saja yang endang bardendang, hampir semua menu yang masih masuk kategori masakan Minang ini rasanya enak. Hmm yang paling tak bisa saya lupakan adalah dadar telornya yang jempol banget.
Baca Juga: Icip-Icip Kuliner Sumatera Barat
Duuh salah deh, siang-siang ngobrolin dadar telor panas plus nasi putih hangat. Fix saya cheating bahagia ini mah.
Belut ternyata bahasa minangnya Baluik. Kami menikmati menu Baluik di Pondok Goreng Baluik Cabang Payakumbuh, Jalan Raya Ampang Nomo 32 Padang. Saya share google Mapnya deh sekalian nih.
Saat driver yang mengantar kami menawarkan menu belut, saya langsung bilang "YES" dan teman lain akhirnya manut. Meski memang menu masakan Minang, tapi dengan specialty belut saya belum pernah coba. Pastinya juga karena saya suka belut. *love*
Sebuah pondok makan di pinggir jalan besar Jalan Ampang terhitung agak pinggiran kota kayaknya, ke arah barat Padang kalau kata Uda Drivernya. Rumah makan terbuka bergaya tradisional dengan tembok bambu ini di bagi menjadi dua area. Area di dalam rumah makan dengan meja dan kursi dan sebagian area untuk duduk lesehan. Bentuk rumah makan yang terbuka membantu sirkulasi udara dan angin di tengah teriknya siang itu di Kota Padang.
Baca Juga: Menikmati Gulai Itiak Lado Mudo dan Ngarai Sianok
Tanpa memesan, menu dikeluarkan dalam piring-piring saji. Iya, tentu saja menu masakan Minang. Hmm sekali lagi saat mencoba masakan Padang/Minang biasanya saya mencoba mengamati menu-menu tertentu yang bahkan setiap rumah makan punya cita rasa khas sendiri-sendiri. Luar biasa kaya memang cita rasa kuliner Nusantara ini, padahal sama-sama masakan Minang lhoo. Judulnya boleh rendang tapi masing-masing restoran Padang punya ciri khas rendang sendiri. Belum lagi jenis masakan lainnya.
Geser ya cyiin untuk melihat menu lainnya :)
Sudah tahu lah ya pastinya kalau menu makanan Minang atau Padang seperti apa. Naah yang mau saya bahas hanya menu belutnya nih. Jadi belutnya digoreng kering. Belut yang digunakan juga belut yang kecil-kecil yang digoreng kering semacam camilan kripik belut oleh-oleh khas Yogyakarta gitu. Bukan belut dengan daging yang montok macam Unagi yaa.
Nah si belut kering ini dibumbui dengan sambal cabai hijau dan sambal cabai merah. Sambalnya merupakan sambal yang digoreng dengan cabai baik merah ataupun hijau yang diulek kasar. Bahkan bawang putih dan merahnyapun diulek kasar dan masih tampak pada tekstur sambal dan justru membuat rasanya makin menggoda. Bumbu sambal gorengnya sangat melimpah bahkan menutupi belut-belut goreng mungil di bawahnya. Rasanya ternyata tak sepedas yang saya bayangkan. Aman banget untuk yang tidak suka pedas.
Baca Juga: Pongek OR Situjuah, Kuliner Otentik Payakumbuh
Jangan hanya mencoba yang sambal cabai hijau ya, coba juga yang cabai merahnya. Enak juga dan tentu ada cita rasa yang berbeda dengan yang hijau. Nambah nih? rasanya siang itu tidak ada yang tidak nambah porsi deh.
"Tambo Ciek Udooo"...
Fixed semua kalap plus lapar juga sih karena tadi memang kami baru selesai berdiskusi cukup hot hahaha.
Seperti saya sampaikan sebelumya. Dadar telor merupakan menu tambahan yang teryata juga favorit. Kalau tidak salah kami memang sengaja memesan dadakan dadar telor ini dan karena endang bardendang apalagi disajikan dalam kondisi masih panas. Wal hasil, bukan hanya baluik yang dipesan lagi, dadar telur pun berhasil membuat semua mau mencoba dan akhirnya memesan porsi kedua. Duuh kok bisa ya bikinnya, telornya itu sampai kering dan crispy gitu di bagian luar.
Ini beda yaa dengan umumnya dadar telur yang disajikan di rumah makan padang yang tebal dan sebetulnya enak juga. Kali ini istimewa karena dadarnya tidak tebal. Tidak ditumpuk-tumpuk sehingga rasanya pun original dan tidak "mahteh" seperti dadar di rumah makan Padang yang tebal itu. Bahkan rasanya kalo makan nasi putih ngebul dan dadar ini saja pun, mertua lewat gak kelihatan deh saking nikmatnya. Halaah...
Nikmatnya makan siang makin lengkap ketika menjelang makan siang kami usai datang pengamen unik yang membawa beberapa alat musik dan memainkannya sendiri. Luar biasa berbakat. Dengan dua tangan yang main gitar, kaki memainkan drum dan alat music tiup di depan mulutnya. Lagu yang dinyanyikan pun lagu-lagu Minang.
Kambanglah bungo parauitan
si mambang riang
ditarikan
di desa dusun Ranah Minang
Makan siang ditutup dengan Es Cincau, Hmm alhamdulillahi ath'amana wa saqana wa ja'alana minal muslimiin.
Komentar
Posting Komentar