Orang Tua Wajib Kompak Demi Anak, Inspirasi dari Keluarga Surya


Bertepatan dengan awal tahun ajaran baru tahun ini, Hari Anak Nasional diperingati pada 23 Juli mendatang. Momen yang pas untuk membincangkan seputar anak. Bagaimana cerita hari pertama sekolah anak-anak dan bagaimana pandangan, kesan, dan peruasaan mereka menyambut hari-hari belajarnya di sekolah setidaknya satu tahun ke depan. Intinya bagaimana memenuhi hak mereka untuk didengar dan mengekspresikan perasaan.


Sebagai contekan, Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) Tahun 2018 diselenggarakan dengan memerhatikan Suara Anak Indonesia khususnya dari perwakilan suara anak Indonesia melalui Forum Anak Nasional. Temanya Anak Indonesia GENIUS, (Gesit-Empati-Berani-Unggul-Sehat).

Nah di luar acara ceremonial tersebut, tentu sebagai orang tua penting sekali bagi kita untuk mendengarkan suara anak-anak kita. Sebagai orang tua bekerja yang kuantitas waktu komunikasi dan pertemuan fisik dengan anak lebih terbatas, menjaga kualitas komunikasi menjadi hal yang wajib jadi perhatian bersama, Ayah dan Ibu. Iya, ini bukan tugas Ibu semata atau Ayah seorang. Ini tugas bersama Ayah dan Ibu sebagai tim bernama "Orang Tua".

Keluarga Surya: Kompak Sayang Anak

Komunikasi yang hangat dan tetap kocak seperti ciri khas  Keluarga Surya juga bisa menjadi inspirasi bagi keluarga Indonesia. Coba deh simak sitkom dari Keluarga Surya yang terdiri dari Pak Surya, Ibu Mentari, Fajar, dan Cahaya. Keluarga super seru dan kocak ini selalu kompak karena komunikasi dalam keluarga berjalan dengan baik. Kehangatan dan kedekatan juga sangat terasa.



Naah bertepatan dengan peringatan Hari Anak Nasional, episode ke 5 webseries #KeluargaSurya ini menceritakan tentang bagaimana Ibu Mentari dan Pak Surya kompak menangani masalah "sekolah" yang dihadapi Fajar dan Cahaya. Fajar yang jajan kurang sehat dan Cahaya yang kurang percaya diri tampil di pentas balet. Pembagian peran dan tugas antar keduanya juga tidak berjalan kaku. Ih kompaknya mereka tuh bikin ngiri deh :). Judul dari web series kali ini: Sayang Anak, Sayang Anak.

Trus yang bikin saya makin suka, Ibu Mentari itu cerdas banget dan kocak pastinya. Eh beliaunya ini Mom Blogger lhoo. Kayak saya juga :D Working mom who loves blogging. Ih siapa juga yang nanya.  Saat mencari solusi untuk permasalahan jajan Fajar yang bikin Ia sakit perut, kok ya terlintas ide membuatkan kue yang nantinya bahkan bisa ditawarkan ke teman-teman Fajar. Tahu aja ada peluang pasar yaa. Ide yang cerdas. Jadi Ibu memang wajib cerdas dalam mengelola keuangan dan melihat peluang ya.

Selain membawa bekal sehat buat Fajar, juga bisa jadi tambahan penghasilan dengan menjual cake tersebut. Ternyata permasalahan yang disikapi dengan positif bahkan mendatangkan peluang. Bapak Fajar juga total lho mencari solusi untuk Cahaya yang belum percaya diri tampil untuk pentas balet. Solusi bubur ayam ternyata cukup efektif :D

Pembagian tugas dan peran yang cair justru makin memudahkan membangun soliditas antar orang tua.

Saya sih sudah bolak balik menonton keseruan video situasi komedi dari Sunlife Financial Indonesia ini. Salah satu sarana guna meingkatkan kesadaran akan pengelolaan keuangan keluarga. Peningkatan literasi keuangan bagi masayarakat melalui kampanye #LebihBaik Sekarang yang salah satunya dikemas secara menarik dalam web series yang menampilkan sosok #KeluargaSurya. 

Dalam setiap episode,  terkandung pesan bagaimana menjadi orang tua yang cerdas dalam mengelola permasalahan keluarga mulai dari permasalahan keuangan, kesehatan, liburan, sekolah, anak-anak dan seterusnya. Pesan yang disampaikan secara edukatif dan seru, tanpa mengurui namun sering bikin makjleb. Kena deh! :D


Baca Juga: Yuk Ajari si Kecil Berbagi Tugas dan Peran

Menjadi orang tua juga membuat kita belajar mengelola keuangan. Pesan secara umum yang ingin disampaikan Sunlife adalah bagaimana meningkatkan kesadaran keluarga dan pasangan muda Indonesia akan pentingnya memiliki perencanaan dan persiapan keuangan keluarga untuk masa depan keluarga, terutama anak-anak. Proteksi dan asuransi merupakan salah satu pilihan yang sangat penting dalam mengelola resiko financial yang mungkin muncul di masa depan. Perencanaan keuangan yang baik juga membuat jalannya rumah tangga menjadi lebih terarah. Pesan itu disampaikan secara cerdas, kreatif, kekinian, dan kocak oleh Keluarga Surya.

Supaya gak ketinggalan ceritanya, yuk cuss ke sini. Tonton keseruan keluarga super kocak yang selalu hangat dalam menjaga komunikasi.  Dalam video series yang baru tayang jelang Hari Anak Nasional ini, fokusnya pada bagaimana menjaga kekompakan dalam mengatasi masalah anak-anak. Kalau belum sempat melihat episode lainnya, boleh juga buka episode sebelumnya. Saya jamin seru dan edukatif.




Berbagi Peran, Karena Kita adalah Tim
Menjadi Ibu bekerja dan keridloan suami memberi saya waktu mengaktualisasikan diri berkarir di luar tugas utama sebagai Ibu membuat saya banyak belajar. Di sisi lain, suamipun kemudian juga harus mau belajar, menjadi Ayah dari anak-anak yang Ibunya juga bekerja di luar rumah. Kami sepakat bahwa biduk keluarga ini hanya akan berjalan dengan baik jika kami mau bersepakat soal pembagian tugas dan peran. Pembagian yang juga dilakukan berdasarkan kesepkatan bersama.

Alhamdulillah suami, Ayahnya Krucils merupakan tipe laki-laki dengan cara pandang terbuka yang mau diajak berdiskusi dan berkompromi untuk saling mengisi satu sama lain.


Well, back to the kiddos.

Sebagai nikmat Tuhan dan pencapaian tertinggi bagi saya sebagai wanita. Kehadiran anak, saya percayai merupakan suatu amanah sekaligus ujian. Membesarkan dan mendampingi mereka bertumbuh merupakan kewajiban dan hakikatnya kebutuhan bagi saya ketika bersedia mendapat gelar sebagai Ibu sesaat setelah mereka hadir ke dunia. Segala konsekuensi logis muncul bersamaan dengan kehadiran mereka terutama munculnya tanggung jawab yang harus dipenuhi secara sadar.

Anak-anak buat saya dengan segala kelebihan dan kerepotan yang menyertainya, Alhamdulillah masih menjadi penyamangat hidup terpenting. Anak-anak yang membuat kami menepiskan rasa malas yang menyelimuti diri saat menyambut pagi. Anak-anak yang membuat kami bergegas menyambut asa dari kecemasan dan keengganan menghadapi kerasnya hidup. Anak-anak yang membuat ruang sempit dan hampa, menjadi demikian meriah dan berwarna. Selalu, saya mintakan Tuhan bersamai kami dalam mendampingi mereka menapaki masa pertumbuhan.


Words are singularly the most powerful force available to humanity. We can choose to use this force constructively with words of encouragement, or destructively using words of despair. Words have energy and power with the ability to help, to heal, to hinder, to hurt, to harm, to humiliate and to humble. Yehuda Berg

Sebagai orang tua bekerja yang sering dengan mudah menjadikan kesibukan sebagai alasan sikap 'ignorance', kami sadar bahwa anak-anak berhak mendapatkan waktu kami. Anak-anak berhak merasakan kehadiran kami dalam hidup mereka. Mereka berhak merasa diterima dan menjadi bagian penting dari kehidupan kami orang tuanya. Dengan segala keterbatasan, terutama waktu dan intensitas pertemuan fisik maka menjaga komunikasi dengan anak-anak menjadi kunci penting dalam memenuhi hak anak-anak untuk menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kami orang tua mereka.
Pasti semua sepakat bahwa komunikasi adalah kunci utama kehangatan keluarga. . Kekompakan wajib dimulai dr Ayah dan Ibu agar komunikasi mrk cair dan selalu hangat. Kekompakan berikutnya harus dibangun dg komunikasi yg berkualitas baik verbal maupun non verbal antar seluruh anggota keluarga. . Meski demikian ada saat-saat di mana intensitas komunikasi perlu dibangun secara lebih personal. Antara ayah dan Ibu, Ibu dan Kakak Al, Ibu dan Ka Zaha, serta Ibu dan Dek Paksi. Hal yg sama berlaku dg Ayah dan semua anak-anak. . Anak2 berhak didengarkan, berhak mengekspresikan rasa, berhak mendapat perhatian tulus dari orang tua. Anak2 berhak bahagia dalam keluarga yg bahagia. Kebahagiaan yang berharga utk diperjuangkan bukan? Jadi gimana menjaga kekompakan dan komunikasi? Belajar yuuk dari #KeluargaSurya yg selalu hangat dalam menjaga komunikasi terutama Ibu Mentari dan Ayah Fajar yg selalu kompak. Tonton webseries episode 5 ini deh untuk inspiring story lebih kengkapnya. https://youtu.be/vLQ0ou7rWYo #SunLife #LebihBaik Sekarang @sunlife_id
A post shared by OPhi Ziadah (@ophiziadah) on

Baca Juga: Kurang Pintar VS Malas, Mengembangkan Growth Mindset

Komunikasi dengan anak-anak yang terjaga dan terbina tak semegah yang kita bayangkan. Ia sesederhana membiarkan mereka bergantian curhat dan menceritakan merah, jingga, kuning, biru warna hari mereka. Dalam lelah seusai menunaikan kewajiban di luar rumah, kembali ke rumah dengan kegaduhan anak-anak berebut meminta perhatian dan meminta waktu kita untuk mendengarkan serasa seperti segelas air dingin yang menjawab dahaga.

Alhamdulillah kami memiliki mereka. Bahkan saat adegan manis tak jarang berubah menjadi drama.

Everyone needs a house to live in, but a supportive family is what builds a home. Anthony Liccione
Saat anak-anak masih mau bercerita tentang apa yang dialaminya seharian di sekolah, di rumah, dan di tempat les misalnya, pertanda komunikasi kita dengan mereka cukup hangat. Mereka mungkin datang dengan masalah yang tampak remeh di mata kita. Mereka akan menceritakan dengan antusias kisah seru dan penuh kebahagiaan yang mungkin biasa saja bagi orang dewasa seperti kita.

Apapun, mendengarkan mereka riuh rendah berebutan meminta perhatian Ibunya untuk menyampaikan "story of the day" versi masing-masing membuat saya merasa sangat bersyukur menjadi Ibu, meski harus bekerja di luar rumah.

Kata demi kata, kalimat demi kalimat yang meluncur dari mulut mereka yang datang dari rasa yang tanpa syak wasangka dari pikiran yang tak berburuk sangka, seperti obat yang penuh kekuatan menumbuhkan kehangatan, cinta, kedekatan dan berujung pada kebahagian kedua belah pihak. Ia yang menyampaikan dan Ia yang mendengarkan. Betapa kata-kata yang terangkai dalam suatu komunikasi memiliki makna yang sangat dalam bagi kesehatan jiwa para pemakainya. entahlah, mungkin saya berlebihan, tapi saya berusaha membentuk keluarga kecil kami sebagai keluarga yang komunikatif, sejak anak-anak dini agar terbiasa saling terbuka.

Waktu yang terbatas mendorong saya untuk berusaha lebih keras mewujudkan komunikasi yang hangat. Karena meski kadang pulang ke rumah dengan tumpukan persoalan "ala orang dewasa" di kepala, kembali ke rumah berarti siap mendengar persoalan berikutnya. Persoalan anak kecil yang ternyata tak bisa dianggap sepele hanya karena mereka anak kecil. Persoalan yang bagi mereka sesuatu yang besar.

Hari Pertama Sekolah Ziayudi Kids

Setelah liburan sekolah dan lebaran yang panjangnya keterlaluan itu berakhir, anak-anak terlihat antusias dengan hari pertma sekolah. Semua kelangkapan mereka, buku, alat tulis, baju, dan yang lainnya sudah kami siapkan jauh hari melibatkan mereka secara aktif. Alhamdulillah Kakak-kakak bisa diamanati untuk membantu menyusun kebutuhan, menemani belanja, bahkan memasang sampul dan label buku adiknya.

Ibu sudah berkomitmen untuk mengantar mereka di hari pertama sekolah. Nanti Ibu izin datang siang. Jadi bisa menemani kalian sampai pulang. Kan hari pertama pulang cepat cuma sampai jam 11. Yang paling membuat Ibu dag dig dug adalah bagaimana hari pertama dek Paksi sebagai anak SD :)

Sayangnya, hari itu Ibu ada rapat yang tak bisa ditinggalkan. Melanjutkan rapat yang malam sebelumnya baru usai menjelang pukul 12 malam. *ngantuuuk 😓 Sebagai win-win solution, Ibu izin untuk datang terlambat dan meminta waktu untuk mengantar anak-anak ke sekolah. Setelah mengantar mereka, merapihkan meja dan locker, menata buku dan peralatan mereka, Ibu langsung cuss menunaikan tugas negara *jiyaah, kibas jilbab.




Ayahnya yang bersedia berbagi tugas menjemput mereka di hari pertama, membagikan momen hari pertama yang tertangkap kamera. Wajah mereka tampak ceria membuat Ibu lega. Hari itu, Ibu tidak bisa pulang karena rapat selesai larut malam lagi. Ibu sudah lelah. Sebelumnya di jam break sempat video call.

Ka Zaha woles, tampak ceria dan penuh asa dengan teman baru dan wali kelas barunya.
Dek Paksi agak rewel, kangen sama Ibu. Pingin Ibu pulang dan ngelonin adek.
Ka Alinga curhat soal ketidaknyamanan dengan wali kelas dan beberapa temannya. Ibu berjanji akan membahasnya lagi setelah sampai di rumah.

Mungkin tampak seperti remeh temeh biasa, tapi buat saya penting bagi orang tua untuk sama-sama tahu persoalan anak-anak. Iya, wajib bagi keduanya mengetahui persoalan yang terjadi pada anak-anak. Artinya komunikasi antar Ibu dengan anak-anak misalnya harus juga diketahui oleh Ayah demikian sebaliknya. Kadang kita berpikir, anak-anak membutuhkan orang tua untuk menyelesaikan masalah mereka. Hmm pastinya, tapi sebetulnya kita sebagai orang tua juga justru tengah dibantu untuk menjadi problem solver yang baik oleh mereka.

Baca Juga: Haruskah Si Kecil Berani Tampil Ke Depan

To some extend, saya merasa kadang saya lah yang membutuhkan mereka. Curhatan, keluhan, ceita konyol, pelukan, tawa, ahh semuanya. Saya butuh mereka utuh.

I think for any relationship to be successful, there needs to be loving communication, appreciation, and understanding. Miranda Kerr

Lebih jauh lagi saat kita dengan tulus mendengar, berempati, dan mencoba memberi mereka solusi itu artinya kita tengah memberi contoh tentang bagaimana mendengar, berempati, dan menjadi solutif. Bukankah Children See, Children Do? Apa yang mereka lihat akan mereka praktikkan. Semoga kelak juga mereka menjadi generasi yang komunikatif dengan lingkungan dan generasi berikutnya.

Komunikasi memang jalan terbaik menemukan solusi, bonusnya hubungan antar anggota keluarga makin hangat dan erat. Percaya kan?


Selamat Hari Anak Nasional, Yuuk kita support anak-anak kita menjadi generasi GENIUS.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manajemen Komunikasi Suami Isteri

Family Fun Time With Colour to Life Faber-Castell

Mengenal Spektrum Elektromagnetik