Importerad Skaning
Mas-mas dari Suku Kurdi Irak dengan Ïmporterad Skanning -shirtnya |
Udara dingin dan udara Stockhlom dan beberapa kota di Swedia yang kami kunjungi tak mampu membekukan suasana persahabatan yang terjalin hangat di antara kami para peserta training yang semuanya merupakan warga Asia. Mewakili beberapa belahan Asia. Asia Tenggara, Asia Timur, dan Asia Selatan.
Selama sekitar empat minggu training di Swedia tersebut, selama tiga minggu dilaksanakan di Stockholm (minggu pertama, kedua, dan keempat). Selama satu minggu (minggu ketiga), training dijalankan di Hassleholm salah satu kota di Selatan Swedia. Dalam jadwal seminggu di Hasslehom tersebut ada sesi materi yang diberikan oleh salah satu Pakar Administrasi Publik dari Malmo University.
Jadi, selama satu hari kami menghabiskan hari di Malmo, salah satu kota terbesar juga di Swedia yang bisa ditempuh sekitar 45 menit saja dari Hassleholm dengan Train. Kalau dilihat dari peta, Stockholm ada di bagian tengah Negara Swedia terhitung masuk bagian utara, maka Hassleholm dan Malmo ada di Selatan, yang dalam peta terletak di bagian bawah tentunya.
Baca Juga: Taby Kyrka The Old Curch of Taby
Saat ada jeda sekitar satu jam di Malmo City , saya jalan-jalan di seputaran city square di sana. Entah memang sedang tidak ramai atau suasana agak gloomy membuat orang jarang terlihat saat itu. Bisa jadi mereka keluar jelang waktu makan malam atau saat udara lebih hangat. Tak menyangka saya bisa bertemu dengan penjual buah dan sayuran kaki lima gitu. Tempat semacam city square ini cukup sepi, rasanya cuma ada satu pedagang kaki lima. Mungkin yang lain sedang off. Entahlah tapi tampaknya tempat ini merupakan pusat keramaian juga.
Saya suka dengan suasana pasar tradisional dan kaki lima di negara maju yang biasanya tetap rapi, bersih, dan tertata. Saya jadi teringat dengan Victoria Market di Melbourne dulu. Salah satu tourist destination yang dibanggakan Melbourne, pasar tradisional yang apik dan unik. I was so excited with those fruits which looks so tempting. Belanja di pasar tradisional dan melihat anke buah dan sayur yang colorfull sungguh menghibur hati emak-emak ini. Nah kali itu saya juga mendapati buah-buahan dan sayur-sayuran yang warnanya cantik-cantik sekali.
Saya jawab salamnya, lalu saya bilang "saya cuma bisa sepatah dua patah kata saja dalam bahasa Arab." Lalu dia bilang: "begitu juga saya." dia tanya: "anda dari mana?" seperti biasa, mostly orang yang saya temui di luar negeri menyangka saya dari Malaysia atau Singapore. Saya bilang "saya dari Indonesia, teman saya juga dari Indonesia, dan satu lagi dari Cambodia."
Waktu itu saya memang sedang jalan bertiga dengan Mba Kris dan Veasna. Teman-teman lain juga menyebar menikmati waktu "free" sebelum kami diminta kumpul kembali di lokasi makan malam di sekitar city square.
Saat ada jeda sekitar satu jam di Malmo City , saya jalan-jalan di seputaran city square di sana. Entah memang sedang tidak ramai atau suasana agak gloomy membuat orang jarang terlihat saat itu. Bisa jadi mereka keluar jelang waktu makan malam atau saat udara lebih hangat. Tak menyangka saya bisa bertemu dengan penjual buah dan sayuran kaki lima gitu. Tempat semacam city square ini cukup sepi, rasanya cuma ada satu pedagang kaki lima. Mungkin yang lain sedang off. Entahlah tapi tampaknya tempat ini merupakan pusat keramaian juga.
Saya suka dengan suasana pasar tradisional dan kaki lima di negara maju yang biasanya tetap rapi, bersih, dan tertata. Saya jadi teringat dengan Victoria Market di Melbourne dulu. Salah satu tourist destination yang dibanggakan Melbourne, pasar tradisional yang apik dan unik. I was so excited with those fruits which looks so tempting. Belanja di pasar tradisional dan melihat anke buah dan sayur yang colorfull sungguh menghibur hati emak-emak ini. Nah kali itu saya juga mendapati buah-buahan dan sayur-sayuran yang warnanya cantik-cantik sekali.
Tiba-tiba si Mas yang jualan mengucapkan salam, "assalamu'alaikum" dan beberapa kalimat sapaan dalam bahasa arab.
Saya jawab salamnya, lalu saya bilang "saya cuma bisa sepatah dua patah kata saja dalam bahasa Arab." Lalu dia bilang: "begitu juga saya." dia tanya: "anda dari mana?" seperti biasa, mostly orang yang saya temui di luar negeri menyangka saya dari Malaysia atau Singapore. Saya bilang "saya dari Indonesia, teman saya juga dari Indonesia, dan satu lagi dari Cambodia."
Waktu itu saya memang sedang jalan bertiga dengan Mba Kris dan Veasna. Teman-teman lain juga menyebar menikmati waktu "free" sebelum kami diminta kumpul kembali di lokasi makan malam di sekitar city square.
Baca juga: Short Visit to Uppsala University
Si Mas (yang tampangnya memang tidak kebule-bule-an) bercerita (tanpa diminta) bahwa dia sendiri orang Irak, suku Kurdi. Si Mas (yang sayangnya saya lupa tanyakan namanya) sudah 13 tahun menjadi warga negara Swedia. Hmm saya tanyakan padanya "bagaimana perasaan dan pendapatnya for being a citizen of Sweden."
Wah jawabannya agak di luar dugaan saya. Dia bilang "Nothing...". "Nothing special unless I have a "good life", however it is hard still to live here, it is not easy at all... ". Well, keluarganya masih di Irak, ayah/ibunya (saya lupa persisnya yang mana) meninggal beberapa tahun lalu, salah satu dari mereka entah ibu atau ayah dan 6 saudaranya masih tinggal di Irak. Ada juga saudaranya yang lain tinggal di negara Eropa lain (atau di Inggris yaa?? hehe saya lupa juga di mana persisnya).
Betapa perang memporakporandakan negeri, namun yang lebih menyakitkan perang memisahkan keluarga secara paksa. Membuat mereka bercerai berai dan harus berjuang dan bertahan hidup di manapun. Perang membuat warganya terpaksa pergi dari tanah yang dicintainya. Negara-negara eropa termasuk banyak yang welcome terhadap para korban perang di Timur Tengah yang mencari suaka. Termasuk akhir-akhir ini perang yang memporakporandakan Suriah.
"That's why I am a citizen of Sweden but I am not a Swedish, I am Kurdish..."
Iya bagaimanapun kita tak pernah bisa menanggalkan identitas kita meski kita mengenakan "baju baru".
Yang menarik Ia mengenakan shirt dengan tulisan "Importerad Skaning". Saya menduga terjemah bebasnya mungkin artinya Bangsa Skania Import *keren yaaaks. Tapi saya coba gunakan google translate dari swedish ke Indonesia atau Inggris sih artinya "pemindaian import" dan "imported scan". Well tapi saya yakin skaning yang dimaksud adalah scania, bangsa skania, bangsa eropa utara, masyarakat scandinavia.
Whatever, lesson learned-nya adalah:
You may live anywhere in this global worlds for any reasons, however your identity is still there, in your mother land ...
Kalau bahasa kita orang Indonesia sih semacam, "Masih ada Garuda deh di dadaku". Iya di belahan bumi manapun kita menjejakkan kaki untuk alasan dan latar belakang apapun, Indonesia tetaplah tanah air yang akan selalu kita cintai.
Komentar
Posting Komentar